Monday, December 10, 2012

Resensi Film "Tanda Tanya (?)"


“Tanda Tanya (?)” adalah sebuah film garapan Hanung Bramantyo yang ingin menceritakan tentang multikulturalisme yang ada di sebuah daerah, hal ini bertujuan untuk merepresentasikan Indonesia yang kita tahu sangatlah multikultural. Menurut saya, Hanung Bramantyo sebagai seorang sutradara sangatlah berani dalam mengangkat isu-isu sensitif semacam ini, karena menurut saya tema ini bisa dikatakan sangat kontrovesial dan dapat menarik berbagai macam respon dari masyarakat.  Film ini pertama kali ditayangkan pada tahun 2011 dan ditulis oleh Titien Wattimena.
Film ini bercerita mengenai kehidupan bermasyarakat yang ada disebuah daerah. Disana terdapat sebuah restoran cina, diceritakan disini bahwa pemilik restoran Tan Kat Sun sangatlah menghargai perbedaan yang ada. Sebagai seorang pemilik restoran cina ia memisahkan alat-alat yang ia gunakan untuk memasak, dengan memberi tanda mana peralatan yang khusus digunakan untuk memasak daging babi. Selain itu ia juga memberikan waktu untuk pegawainya ketika adzan telah berkumandang, untuk beribadah. Berbeda dengan Tan Kat Sun, Ping Hen yang merupakan anak Tan Kat Sun sering terlibat pertengkaran dengan orang-orang yang ada di kampungnya tersebut. Ping Hen dan beberapa remaja muslim yang ada sering terlibat percekcokan perihal ciri fisik dan juga isu yang ada tentang agama islam.
Selain cerita mengenai Tan Kat Sun yang sangatlah menghargai perbedaan, masih banyak pergolakan yang melibatkan masalah agama di dalam film ini. Seperti halnya kisah mengenai Rika, yang merupakan penganut agama katholik. Sebelumnya ia beragama islam, semenjak bercerai dengan suaminya ia memutuskan untuk berpindah ke agama katholik yang menurutnya memberikan janji yang ia inginkan. Dengan keputusannya Rika dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Ia dianggap menyelewengkan agamanya dan bahkan sang anak sempat merasa tidak nyaman lagi dengannya. Cerita lain, tentang Surya yang telah sekian lama ingin menjadi aktor namun hanya menjadi pemain figuran. Masalah datang ketika ia diterima menjadi seorang pemain dalam sebuah drama yang diadakan oleh sebuah gereja dan ia harus memerankan tokoh Yesus dalam drama tersebut. Pergolakan hatipun datang dan menyerang Surya disini, ia sempat takut dianggap murtad atau kafir oleh orang di sekitarnya.
Ada lagi cerita mengenai Menuk yang bekerja di restoran milik Tan Kat Sun. Sholeh suami Menuk merasa turun derajatnya karena tidak memiliki pekerjaan, dan Menuk harus menjadi tulang punggung keluarga. Disini Sholeh merasa harga dirinya dipertaruhkan sebagai seorang suami, padahal pada kenyataannya Menuk tidak pernah memandang Sholeh seperti itu, ia tetap menganggap dan menghargai Sholeh sebagai suaminya.
Yang ingin saya bicarakan disini bukan hanya mengenai cerita dari film “Tanda Tanya” ini, namun lebih kepada pesan ataupun isi dari film ini. Menurut saya film ini ingin menceritakan mengenai sebuah kekompleksifitasan hidup, dimana kita sebagai seorang individu harus menyesuaikan diri dengan orang lain karena kita hidup bersama dalam satu lingkungan.  Keberagaman dan toleransi yang seharusnya ada dan berjalan secara beriringan dalam masyarakat multikultural, baik secara suku bangsa maupun agama. Film ini ingin menggambarkan suatu realita yang sebenarnya masih banyak terjadi dikalangan masyarakat di Indonesia, entah diskriminasi mengenai agama ataupun suku.
Dalam tema besar multikulturalisme ini sendiri, film ini juga ingin memperlihatkan bagaimana seseorang ketika harus dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan yang ada bukan sekedar permasalahan benar atau salah, tapi bagaimana kita sebagai individu yang memilih harus bertanggungjawab dengan pilihan tersebut. Hal ini digambarkan melalui tokoh Rika, ketika ia menerima hujatan dari berbagai arah, ia tetap berusaha mempertanggungjawabkan pilihannya, bagaimana ia mempercayai pilihannya dan mencoba membuktikan bahwa apa yang ia percayai itu memang yang paling sesuai dengan hatinya. Selain itu film ini juga ingin menyampaikan bahwa menyerah akan suatu keadaan tidak akan menyelesaikan masalah, ketika tidak ada usaha apa yang kita inginkan tidak akan membuahkan hasil. Seorang manusia haruslah menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Membuka lembaran baru pada kehidupan kita juga sangat diperlukan, agar kita mau berkembang.
Kembali ke masalah multikulturalisme, film ini menggambarkan bagaimana seseorang harusnya melihat dunia dengan kacamata yang berbeda. Yang saya maksudkan disini adalah dalam kehidupan bermasyarakat kita harus menghargai perbedaan yang ada, karena perbedaan itu sendirilah yang memberikan kita sebuah pelajaran, agar mau saling bertoleransi. Perbedaan akan memberikan pandangan baru pada kita, maka dari itu hargai perbedaan yang ada di sekitar kita. Kurang lebih film ini ingin menunjukkan nilai-nilai semacam ini.
Film ini memang bisa dikatakan cukup banyak mendapatkan kecaman dari beberapa pihak, namun film ini menurut saya sangatlah apik dalam merangkai cerita dan juga menggambarkan realitas yang sebenarnya memang benar ada di Indonesia. Setidaknya film ini bisa memberikan pandangan baru mengenai bagaimana harusnya kita sebagai masyarakat yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain melihat fenomena multikulturalisme yang ada di sekitar kita.


No comments:

Post a Comment