Tuesday, December 25, 2012

Pengakuan


Malam ini sama seperti biasanya. Aku terduduk diam menatap jauh ke arahmu. Tak pernah sebelumnya aku melihatmu menari, bersinar seindah ini. Setidaknya setelah malam itu, hari dimana kau dan aku tak lagi saling berbagi cerita. Hari dimana aku mulai sibuk dengan setumpuk sampah dimejaku. Ya, karena merekalah aku mulai melupakan kehadiranmu.
Setiap malam sebelum tikus-tikus itu memberikanku setumpuk sampah ini, aku selalu menemanimu. Bercerita tentang hari-hari yang aku lewati. Kau selalu ada ketika aku tak bisa mencari sesuap nasi untuk mengganjal perut ini. kau selalu berbinar walaupun terkadang aku melihatmu bersedih dan memutuskan untuk pergi agar aku tidak merasa dikasihani olehmu.
Maaf selama ini aku melupakan kehadiranmu, yang selama bertahun-tahun ada menemaniku. Maaf apabila aku tidak lagi mau, bukan aku tidak lagi bisa menemuimu disetiap malam yang telah kulalui. Aku tahu, aku tidak lebih dari seorang bajingan yang melupakan kekasihnya demi wanita lain. Aku tahu kau sebenarnya masih memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa kau tinggalkan. Tapi, malam ini aku kembali menemuimu. Meski bukan lagi seperti aku yang dulu sering berbagi denganmu.
Aku bukanlah lagi seorang pria bernurani seperti yang kau kenal dulu. Atau bahkan aku bukanlah pria yang berani menatap dan menghadapi masalah yang ada di depanku. Kaulah satu-satunya yang tahu bagaimana aku yang dulu. Aku yang bukan pengecut seperti sekarang ini.
Ya seiring berjalannya waktu, saat ini aku telah memutuskan untuk berhadapan lagi denganmu. Mengakui semua kesalahanku, meminta maaf padamu karena selama ini aku tidak lagi pernah mempedulikanmu, mempedulikan semua perkataanmu, wanti-wanti darimu yang selama ini hanya aku dengar tanpa sedikitpun aku resapi.
Sekali lagi maaf, aku hadir dengan keadaan yang berbeda. Aku malu menemuimu lagi, karena kini aku sudah tak seperti dulu. Tubuhku yang hanya terdiri dari tulang yang berbalut kulit, kulitku yang kini kering. Bahkan rambutku yang kini tak lagi tertata. Maaf-maafkan aku. Aku seharusnya tak seperti ini.
Tolong, sampaikan maafku juga pada ibu, karena aku tidak lagi memberikan kabar tentang keadaan ku saat ini. Aku tahu, ibu pasti mau mendengarmu. Bukan aku yang selama hidupnya tak peduli lagi dengannya. Bahkan ketika dihari ia dimakamkan aku sibuk bermain dengan kelinci-kelinci liar yang hanya memanfaatkan ku, menjerumuskan ku hingga akhirnya aku berubah menjadi seperti ini. seperti seekor kucing yang hidup dijalanan dan hanya mengais dari sisa-sisa sampah orang lain.
Aku menatap ke langit malam saat itu sejenak dan bisa kubayangkan betapa murkanya engkau ketika mengetahui apa yang kuperbuat. Bahkan kau sudah mengetahuinya jauh sebelum aku memberitahumu.
Bahkan saaat ini aku masih belum bisa menyadari apa yang merasuki tubuhku dulu. Mempengaruhiku dengan berbagai macam ajaran yang tak ada dalam kamus hidupku dulu. Tuhan, aku memohon padamu maafkan aku.
Saat ini tiba saatnya, aku tau kau tak bisa memaafkan ku. Bahkan aku tahu tak seharusnya aku begini. Bersimpuh dihadapanmu setelah kulupakan kau selama bertahun-tahun. Tapi, dulu ibu pernah bilang bahwa kau akan memaafkan umatmu apabila ia mau bertobat. Inilah saatnya Tuhan maafkan aku, hukumlah aku seberat mungkin. Maaf jika dulu aku lalai dan melupakanmu.
Mulai detik ini aku akan hadir lagi, berbagi cerita lagi seperti dulu.

No comments:

Post a Comment