Malam ini sama seperti biasanya. Aku terduduk diam menatap
jauh ke arahmu. Tak pernah sebelumnya aku melihatmu menari, bersinar seindah
ini. Setidaknya setelah malam itu, hari dimana kau dan aku tak lagi saling
berbagi cerita. Hari dimana aku mulai sibuk dengan setumpuk sampah dimejaku.
Ya, karena merekalah aku mulai melupakan kehadiranmu.
Setiap malam sebelum tikus-tikus itu memberikanku setumpuk
sampah ini, aku selalu menemanimu. Bercerita tentang hari-hari yang aku lewati.
Kau selalu ada ketika aku tak bisa mencari sesuap nasi untuk mengganjal perut
ini. kau selalu berbinar walaupun terkadang aku melihatmu bersedih dan
memutuskan untuk pergi agar aku tidak merasa dikasihani olehmu.
Maaf selama ini aku melupakan kehadiranmu, yang selama
bertahun-tahun ada menemaniku. Maaf apabila aku tidak lagi mau, bukan aku tidak
lagi bisa menemuimu disetiap malam yang telah kulalui. Aku tahu, aku tidak
lebih dari seorang bajingan yang melupakan kekasihnya demi wanita lain. Aku
tahu kau sebenarnya masih memiliki banyak pekerjaan yang tidak bisa kau
tinggalkan. Tapi, malam ini aku kembali menemuimu. Meski bukan lagi seperti aku
yang dulu sering berbagi denganmu.
Aku bukanlah lagi seorang pria bernurani seperti yang kau
kenal dulu. Atau bahkan aku bukanlah pria yang berani menatap dan menghadapi
masalah yang ada di depanku. Kaulah satu-satunya yang tahu bagaimana aku yang
dulu. Aku yang bukan pengecut seperti sekarang ini.
Ya seiring berjalannya waktu, saat ini aku telah
memutuskan untuk berhadapan lagi denganmu. Mengakui semua kesalahanku, meminta
maaf padamu karena selama ini aku tidak lagi pernah mempedulikanmu,
mempedulikan semua perkataanmu, wanti-wanti darimu yang selama ini hanya aku
dengar tanpa sedikitpun aku resapi.
Sekali lagi maaf, aku hadir dengan keadaan yang berbeda.
Aku malu menemuimu lagi, karena kini aku sudah tak seperti dulu. Tubuhku yang
hanya terdiri dari tulang yang berbalut kulit, kulitku yang kini kering. Bahkan
rambutku yang kini tak lagi tertata. Maaf-maafkan aku. Aku seharusnya tak
seperti ini.
Tolong, sampaikan maafku juga pada ibu, karena aku tidak
lagi memberikan kabar tentang keadaan ku saat ini. Aku tahu, ibu pasti mau
mendengarmu. Bukan aku yang selama hidupnya tak peduli lagi dengannya. Bahkan
ketika dihari ia dimakamkan aku sibuk bermain dengan kelinci-kelinci liar yang
hanya memanfaatkan ku, menjerumuskan ku hingga akhirnya aku berubah menjadi
seperti ini. seperti seekor kucing yang hidup dijalanan dan hanya mengais dari
sisa-sisa sampah orang lain.
Aku menatap ke langit malam saat itu sejenak dan bisa
kubayangkan betapa murkanya engkau ketika mengetahui apa yang kuperbuat. Bahkan
kau sudah mengetahuinya jauh sebelum aku memberitahumu.
Bahkan saaat ini aku masih belum bisa menyadari apa yang
merasuki tubuhku dulu. Mempengaruhiku dengan berbagai macam ajaran yang tak ada
dalam kamus hidupku dulu. Tuhan, aku memohon padamu maafkan aku.
Saat ini tiba saatnya, aku tau kau tak bisa memaafkan ku.
Bahkan aku tahu tak seharusnya aku begini. Bersimpuh dihadapanmu setelah
kulupakan kau selama bertahun-tahun. Tapi, dulu ibu pernah bilang bahwa kau
akan memaafkan umatmu apabila ia mau bertobat. Inilah saatnya Tuhan maafkan
aku, hukumlah aku seberat mungkin. Maaf jika dulu aku lalai dan melupakanmu.
Mulai detik ini aku akan hadir lagi, berbagi cerita lagi
seperti dulu.