Hari ini tepatnya tadi siang pukul setengah dua saya duduk
di ujung ruangan, dekat pintu keluar. Bersandar di sebuah meja atau lemari? Entahlah,
pokoknya barang itu sudah tak terpakai. Sebenarnya ini kebiasaan saya. Saya suka
berada di ujung ruangan, bukan karena mau menyendiri. Saya merasa bisa melihat
seluruh bagian ruangan apabila ada di bagian ujung.
Ada rapat salah satu organisasi pers di kampus yang saya
ikuti, katanya sih harus padahal realitanya banyak teman saya yang tidak
datang. Sial. Padahal badan saya hari ini sudah tidak produktif. Setelah satu
minggu penuh mengurangi jam tidur untuk tugas take home UAS. Saya rapat disalah satu asrama perempuan tempat
teman saya tinggal. Dia dari Bontang.
Seperti yang saya katakan tadi. Saya terlalu lelah,
ngantuk terutama untuk dapat mengikuti rapat ini dengan baik, jadi sebenarnya
sampai detik saya menuliskan cerita ini saya juga masih tidak paham apa hasil
rapat tadi. Bukan saya tidak mau mendengarkan, ketua divisi saya saja tidak
ada, atau malah saya yang tidak tahu siapa ketua divisi saya? Ah, bukan salah
saya, saya baru bergabung akhir tahun 2012 bulan Oktober mungkin? yang jelas
status saya masih magang disana.
Ketua dari organisasi ini juga lepas tangan. Dia
meninggalkan anak buahnya yang tidak tahu harus bagaimana, dia ketua lama. Mentang-mentang
sudah ada ketua baru dia tidak datang, padahal belum ada serah terima jabatan. Katanya
dia sudah hampir datang, tapi hujan deras. Apa salah hujan, pakai ikut
dijadikan alasan, itu memang sudah kodrat. Kalau tidak hujan juga susahkan
kita, jadi jangan disalahkan seharusnya. Jadi saya tidak datang. Cemen! Sama hujan
saja takut? Tidak malu mengetahui saya yang baru bergabung beberapa bulan
bahkan hampir ikut sebagian besar rapat dan saya tidak pernah melihat
kehadirannya? Dulu alasan magang, sekarang alasan hujan. Ah, apa itu?
Saya daftar sebagai
seorang ilustrator, dan diterima. Syukurlah, walaupun keadaan organisasi ini
sedang morat-marit tidak tentu arah . Belum hilang sih, tapi memang sudah
beberapa kali gagal terbit cuman gara-gara masalah lay-out atau apa saya juga tidak paham. Belum jadi anggota waktu
itu. Saya sudah diberitahu teman saya sebelumnya sih, tapi saya tidak tahu
masalahnya sebesar ini. Apes.
Dari pojok ruang saya menggunakan headset, karena memang saya kurang niat ikut hari itu. Mendengarkan
lagu-lagu indie kesukaan saya. No reply, Daybreak, Urban Zakapa, Nell, dan
Clazziquai jadi playlist saya hari
ini.
Mungkin terlihat mengerikan ya apa yang saya lakukan saat
rapat tadi. Mengobservasi teman-teman anggota organisasi yang hadir. Bermacam-macam
kegiatan mereka lakukan. Ada yang mengikuti jalannya rapat dengan serius, aktif
dalam forum, memberi masukan-masukan. Ada yang sekedar mendengarkan sambil nyemil. Ada yang mengantuk, bahkan ada
yang memotong kuku, padahal duduk di depan. Yang jelas hanya saya yang menulis
apa yang mereka lakukan sambil mendengarkan lagu. Tadi bahkan ada dua orang
anggota yang duduk di depan saya mulai berdebat. Masalahnya? Keterangan sepihak.
Oh ya, saya duduk di samping sahabat saya, kami satu
jurusan. Sekarang dia jadi sekertaris, dia lebih dulu bergabung dengan
organisasi ini, tinggal tunggu dilantik. Dia sibuk nulis, padahal dia juga
capek, sama seperti saya. Bahkan ia lebih parah, tugasnya masih ada yang harus
disempurnakan. Padahal hari ini terakhir ujian. Sahabat saya yang lain duduk di
depan. Dia benar-benar serius ikut rapat, niat. Berbeda dengan saya.
Saya lepas headset saya.
Mencoba mengikuti jalannya rapat ini. sekarang mereka sedang membahas masalah screening film di forum pers ini. Katanya
untuk meningkatkan kedekatan antar anggota dalam organisasi. Oke. Saya ikut
saja, toh saya masih magang. Suara saya juga kurang berpengaruh dalam
organisasi.
Pembahasan proker ini terlalu melelahkan. Saya juga
menunggu terlalu lama sebelumnya. Rapatnya mundur. Menunggu anggota yang belum
datang tadi. Biasa Indonesia, telat dijadikan kebiasaan. membiasakan yang
salah. Ampun, tidak paham saya sama sifat mereka. Terserahlah. Masalah mereka
dibawa-bawa segala, dibagi keanggota lain.
Entah saya yang bodoh dan terlalu lelah, atau rapat ini
memang terlalu bertele-tele. Selam 30 menit mendengarkan tidak ada satupun yang
saya dapatkan. Nihil. Yang saya ingat cuman lelucon teman saya tentang sesuatu
yang biasa saja sebenarnya namun dianggap ambigu oleh anggota lain. Penetrasi. Dasar
anak muda, kalau masalah seperti ini pada merespon semua.
Rapat berlanjur. Pembahasan mengenai anggaran, uang. Dan lagi-lagi
saya tidak paham apa-apa. Sungguh. Saya benar-benar tidak ada gunanya disini,
terlalu membuang waktu. Kenapa tadi saya memaksakan diri untuk datang.
Masalah anggaran ini makin membuat kepala saya pening. Selain
terlalu banyak angka yang dimainkan, hal ini membuat saya banyak memikirkan
soal pengeluaran yang harus saya habiskan beberapa hari ke depan. Masalah keuangan
ini jadi terlalu sensitif untuk saya saat ini. ketika pembicaraan mengenai
anggaran sudah hampir selesai, teman saya malah bertanya lagi. Sial sial sial,
seribu sial! Sudahi saja pembicaraan ini kawan. Bosan. Terlalu lama. Kadang saya
bertanya kepada tuhan, mengapa teman saya yang satu ini harus terlahir menjadi
manusia yang sangat kritis.
50 menit berlalu bahasan uang masih berlanjut.
Akhirnya! Pembicaraan ini telah selesai. Syukurlah tuhan. Pembahasan
dari divisi lain kembali berlanjut, tapi saya sudah malas mendengarkannya. Akhirnya
saya pakai headset saya lagi dan
kembali mendengarkan lagu. Kali ini saya memutuskan untuk menyudahi observasi
saya tentang rapat ini. saya sudah pegal. Saya sandarkan kepala saya di tembok.
Sudah sampai sini saja. Saya mau memikirkan diri saya sendiri saja. Merenungi nasib,
mengapa dengan kondisi tubuh yang lelah
seperti ini saya harus terjebak dengan rapat ini.