Seperti hari-hari biasanya, aku hanya bisa memandanginya,
lagi-lagi dari kejauhan. Wajahnya tampak lebih ceria dari hari terakhir aku
melihatnya, ya baru kemarin aku melihatnya. Syukurlah, tidak lagi kutemukan
awan mendung yang menghiasinya seperti hari-hari kemarin.
Hari ini dia mengganti pesanannya. Hari ini ia meminum
secangkir Caramel Macchiato. Kemarin
ia hanya meminum segelas ice Americano.
Aku tahu apa arti dari setiap kopi yang ia pesan setiap hari. Setidaknya
perasaannya, hanya terkaanku. Karena jujur saja aku belum pernah mengenal
wanita itu. Ketika ia memesan iced
americano itu berarti ia tidak sedang dikelilingi oleh hal-hal yang ia
senangi, kebalikannya, ketika ia memesan secangkir Caramel Macchiato itu artinya ia sedang menikmati kehidupannya di
hari itu.
Entah mengapa aku selalu menikmati setiap detik yang berlalu
ketika ia menenggak minuman yang tersedia di depannya. Di meja yang dipenuhi
oleh kertas-kertas yang menumpuk. Kulihat jarinya yang menari-nari menuliskan
segala hal yang terpikirkan olehnya. Aku tahu ia adalah seorang penulis,
kulihat itu dari cara berpakaiannya, cara berpikirnya ketika duduk terdiam
sendiri di tempat yang sama, aku tahu segala hal tentangnya. Setidaknya itu
yang terpikirkan olehku ketika melihat hal-hal yang ia lakukan.
Aku selalu menikmati tiap detik yang berlalu ketika aku
melihatnya dibangku itu. Selalu, ya selalu. Suatu hari ia pernah datang ke Cafe
ini. Hanya masuk sebentar dan keluar tiba-tiba. Aku kecewa melihatnya saat itu.
Namun, setelah satu jam berlalu aku melihatnya kembali. Aku masih tidak
mengerti apa yang terjadi saat itu. Beberapa kali aku melihatnya melakukan hal
yang sama. Dan baru aku sadari bahwa wanita itu tidak pernah mau menggunakan
bangku lain selain bangku yang terletak di ujung cafe, bangku yang menghadap ke
jalan kecil di samping cafe ini.
Aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Aku tahu begitu
bodohnya aku melakukan hal ini selama lebih dari satu tahun. Aku baru pindah ke
kota ini pada saat itu. Sama dengan umur dari cafe yang kubangun sedikit demi
sedikit ini, dan ketika aku melihatnya
entah mengapa semua hal yang ada di sekitarku tampak berubah. Entah apa arti
semua perasaan ini. Hal-hal yang membuatku lelah dan ragu saat mengambil
keputusan untuk mengelola cafe ini dengan tanganku sendiri tiba-tiba sirna saat
pertama kali aku melihatnya duduk dan tersenyum melihat cafe ini.
No comments:
Post a Comment