Thursday, July 7, 2016

Tentang Kesempurnaan Hidup

Percayalah kesempurnaan hidup bukanlah sesuatu yang bisa kita cari atau bahkan kita buat. Kesempurnaan hidup itu permainan hati kita masing-masing. Bagaimana kita melihat dan menghipnotis diri sendiri secara terus-menerus "HIDUP SAYA SEMPURNA". Tentunya kita harus melakukannya secara konstan untuk mencapai hal yang kita inginkan. Dengan begitu kita dapat menemukan kesempurnaan hidup tersebut.

Lalu bagaimana dengan materi? Tentu materi bisa memiliki andil besar dalam menentukan kesempurnaan hidup. Namun untuk sejenak mari kita berpikir lebih jauh bahwa masih banyak hal bersifat nonmateri yang dapat memberikan kita kesempurnaan hidup. Terkadang hal-hal keil tersebut kita lupakan sehingga kita melewatkan kesempurnaan hidup yang selalu kita cari.

Pada intinya menemukan kesempurnaan hidup akan lebih mudah saat kita mulai mensyukuri apa yang kita miliki, dan apa yang ada dalam kehidupan kita. Kesempurnaan tidak melulu merupakan hal yang membahagiakan, tentu dalam hidup pasti ada hal-hal yang mampu menyeimbangkan kita hal yang burukpun bisa memberikan kita pelajaran untuk menemukan kesempurnaan hidup.

Thursday, March 3, 2016

Resensi Buku : THE HUNTER



Setelah sekian lama tidak menulis blog, kali ini saya mau sedikit membahas tentang buku berjudul The Hunter karangan Asa Nonami. Buku ini sendiri terbit di Jepang sekitar tahun 1996 dan terbit di Indonesia pada tahun 2012. Asa Nonami sendiri telah mendapatkan penghargaan Japanese Mystery and Suspense Award,  dan The Hunter sendiri telah mendapatkan penghargaan Naoki pada tahun 1996.
Sekilas tentang buku ini, buku ini menceritakan kehidupan Takako Otomochi yang merupakan seorang polisi wanita dalam deartemennya. Ia dihadapkan pada kasus pembunuhan berantai yang pelakunya bukan manusia. Untuk memecahkan kasus ini Takako dipasangkan dengan Takizawa yang merupakan seorang detektif senior yang sinis dan tidak senang mendapatkan partner detektif perempuan. Pada intinya buku ini menceritakan bagaimana proses dan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Takako dan Takizawa.
Sebenarnya di awal membaca buku ini ekspektasi saya sedikit berlebih karena mengetahui bahwa buku ini telah mendapatkan penghargaan. Memang buku ini sedikit tidak sesuai dengan ekspektasi saya, namun buku ini cukup bagus untuk dibaca. Kesulitan saya dalam membaca buku ini sendiri adalah penulis yang kurang konsisten dalam menuliskan nama tokoh yang terlibat, kadang penulis menggunakan nama depan tokoh kadang menggunakan nama belakang tokoh. Selanjutnya kasus pembunuhan berantainya ternyata tidak sesuai dengan bayangan awal ketika membaca buku ini. Awalnya saya kira kasus pembunuhan yang ada dalam buku ini akan sama-sama terbakar dengan menggunakan bahan kimia, ternyata fokus pembunuhan berantai yang ada dalam buku ini adalah pembunuhan yang dilakukan oleh tokoh bernama Topan. Namun tetap saya akui bahwa penulis benar-benar menuliskan secara detail bagaimana korban-korban terbunuh. Saya sengaja tidak ingin banyak menuliskan tentang pembunuhan yang terjadi disini takut spoiler banget nantinya.
Akhir dari buku ini sendiri menurut saya bisa dikatakan sedikit membosankan, terlalu banyak bagian yang mendeskripsikan pengejaran yang dilakukan oleh Takako menggunakan sepeda motor. Walaupun pengejaran ini menunjukkan bagaimana kepandaian dari Topan yang menjadi tokoh utama dalam pembunuhan. Disatu sisi buku ini tidak hanya berfokus pada kasus pembunuhan berantai yang ada, tetapi juga kehidupan pribadi dari dua tokoh utama yaitu Takako dan Takizawa. Buku ini juga tidak secara berlebihan menuliskan kisah hidup kedua tokoh tersebut, kisah keduanya hanya dijadikan selingan yang menurut saya ditempatkan pada bagian-bagian yang tepat sehingga pembaca tidak merasa jenuh dengan cerita utama. Selingan ini juga tidak menghilangkan esensi utama cerita yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh Topan. Selain itu hal lain yang menyentuh dari buku ini adalah bagaimana Topan benar-benar berdedikasi dalam melakukan pembunuhan yang telah direncanakan untuk membalaskan apa yang telah terjadi pada keluarganya, selain itu hal menyentuh dari Topan adalah ketika ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena telah kehilangan keluarganya.
Cerita-cerita tersebut tertatat apik dalam buku The Hunter ini, oleh karena itu buku ini cukup bagus untuk dibaca, jalan ceritanya secara keseluruhan juga tidak membosankan. Sehingga buku ini bisa menjadi pilihan bagi anda-anda yang menyukai cerita-cerita detektif. Buku ini juga memberikan kejutan-kejutan dibeberapa bagian yang membuat tokoh-tokoh di dalamnya menjadi lebih hidup.

Friday, June 20, 2014

Males

Faktanya: sekarang saya sudah males lihat tipi yang isinya Capres dan Cawapres. Bukan males sama beritanya tapi males sama cara medianya menyampaikan berita.

sekedar opini

Thursday, March 20, 2014

Two Moons / 두 개의 달 (2012) Movie Review

Iseng-iseng, hari ini saya mau review salah satu film bergenre horror dengan judul Two Moons yang di rilis sekitar tahun 2012. Film ini sendiri merupakan karya dari Kim Dong Bin, yang sebelumnya juga sempat membuat film bergenre sama berjudul Red Eye
Singkat cerita di awal saya cukup tertarik nonton film ini karena di awal film muncul dialog yang pada intinya mengatakan "kalau kita melihat dua bulan secara bersamaan kita bisa liat hantu." nah kalimat inilah yang sebenarnya menjadi pengantar utama sepanjang film ini. Setting tempatnya tidak ada yang spesial, sama seperti film horror yang biasa kita tonton. 3 orang terjebak di sebuah rumah dalam hutan dan tidak bisa menemukan jalan keluar, merekapun berusaha menemukan jalan keluar dari rumah tersebut dengan berkeliling rumah tapi tetap tidak ada titik terang dan memutuskan untuk menunggu sampai pagi datang.  
Pada satu titik mereka mulai mencurigai satu sama lain, seperti tokoh So-hee (Park Hanbyul) yang selalu menanyakan hal-hal yang sama ke setiap tokoh lainnya, In-jeong (Park Jinjoo) yang berlumuran darah pakaiannya, sampai Seok-ho (Kim Jisuk) yang tiba-tiba ingat kejadian yang menimpanya. Pada saat kecurigaan mulia muncul satu sama lain munculah tokoh baru (Ra Miran) yang cukup bikin repot sebenernya, histeris sendiri dan tidak mau memberikan informasi pribadinya pada So-hee karena curiga bahwa ia adalah pembunuh yang mengurung mereka di rumah tua tersebut.
Selanjutnya tokoh-tokoh yang adapun mulai mengingat kembali hal-hal yang terjadi pada mereka. Namun memori yang muncul dalam pikiran mereka melihat tokoh-tokoh selain mereka itu telah mati dan secara tiba-tiba mereka saling bunuh-bunuhan satu sama lain. Mereka juga pada akhirnya sadar bahwa setiap orang yang terbunuh disitu akan hidup kembali, normal, nggak pake luka padahal ditusuk-tusuk, baju utuh, yang menurut mereka sendiripun membingungkan. 
Pada bagian tengah cerita tampaklah bahwa orang-orang yang terjebak di rumah tersebut, selain So-hee merupakan arwah-arwah yang terjebak di rumah tua itu karena di bunuh oleh Na-Miran, nama dari tokoh wanita yang histeris terus. Dan ternyata So-hee itu sedang menjalankan program televisi yang isinya mengenalkan arwah-arwah tersebut (semacam acara misteri mungkin). Akhirnya So-hee ini berusaha buat mengembalikan arwah-arwah tersebut ke alamnya. TAPI! setelah berhasil ngirim arwah-arwah tersebut ternyata film ini masih merupakan pesan yang diterima So-hee yang bisa melihat hal-hal mistis. Kurang lebih inilah inti cerita dari film ini. 
Kalau pendapat saya sih, untuk film yang katanya low budget properti animasi bulan dan setting tempatnya cukup bagus. Namun banyak pengambilan gambar yang menurut saya sedikit tidak diperlukan. Selain itu jalan ceritanya juga terlalu standard ditambah lagi dengan dialog antar tokoh yang menurut saya flat tidak banyak dinamika. Si Injeong ya teriak-teriak histeris mulu, So-hee yang selalu tahu banyak hal, dan Seok-ho yang gitu-gitu aja. Jadi menonton film ini tanpa dipercepat kalau untuk saya sih mustahil. Tapi ya setidaknya hal ni tertutupi dengan setting yang cukup bagus seperti yang saya tulis sebelumnya. Pada intinya film ini kurang recommended lah buat yang pengen ngerasain feel horrornya.

Bagi yang mau engintip trailer dari film ini bisa buka di -> https://www.youtube.com/watch?v=lW7FsCzD6OM     

Wednesday, November 13, 2013

Tidak Semudah Kelihatannya


Kata maaf, terdiri dari empat huruf, dua kosa kata, dan cukup satu kali hembusan nafas. Cuman sesimpel dan semudah itu. Tapi kita juga tahu, mengucapkan satu kata ini kadang butuh waktu, usaha, dan tenaga yang nggak main-main, ah dan satu lagi kesadaran.
Di balik kata maaf juga ada satu hal yang kadang membuat orang malu atau males atau bisa dibilang bebal juga, yaitu pride atau harga diri. Kalau ada masalah yang muncul mana ada pihak yang ingin disalahkan. Pasti tidak ada, sayapun juga tidak mau.
Tapi disinilah hal yang lebih penting lagi, kadang satu kata maaf cukup buat kita menjadi orang yang lebih baik lagi, bukan-bukan lemah atau bahkan menyerah. Kata maaf bukan berarti kalah, menurut saya orang yang berani minta maaf itulah pemenangnya, karena disitulah kita bisa menyadari kesalahan kita dan menyelesaikan “perang” yang kita jalani.
Kata maaf juga lebih pendek dan lebih gampang dikatakan juga kok ketimbang umpatan-umpatan sepert bajingan, sialan, brengsek, dan masih banyak kata lain yang sering kita lontarkan ketika dirundung amarah.  Umpatan-umpatan tersebut juga membutuhkan tenaga lebih, dengan tekanan yang lebih tinggi dibanding ketika kita mengucapkan kata maaf. Ya tapi tetap saya akui, kata maaf memang tidak semudah kedengarannya, munafik kalau sampai saya bilang begitu mudah meminta maaf, apalagi memaafkan seseorang.
Ini cuman sekedar intermezzo sih, untuk mengingatkan kita semua. Ya kali tuhan aja segitu gampangnya maafin hambanya, masak kita yang manusia doang masih mikir gengsi buat minta maaf. sekian post saya kali ini :)) 

Thursday, September 19, 2013

Seminar Oh Seminar

Nah, setelah beberapa post sebelumnya saya cuman nulis tentang film yang sudah pernah saya tonton, sekarang saya mau cerita pengalaman sampah banget hari ini. Sampah? iya bener sampah. Intinya saya terjebak di seminar paling absurd yang pernah saya ikuti, nyesel, buang waktu, nggak dapet ilmu itu intinya. 
Pada intinya penyelenggara acara tersebut itu salah satu stasiun televisi swasta yang dikenal sebagai stasiun tv berita di Indonesia. Semangatlah ya, pikiran saya saat itu adalah "Wuih lumayan nih, stasiun tv kayak gini berbobot pasti.." ya wajarlah kalau saya punya ekspektasi semacam itu. Saya bersebelas bareng temen-temen meluncur dari kampus sekitar jam 9.30, telat dari jadwal seharusnya karena kita harus kuliah terlebih dahulu. 
Sampailah saya di gedung teknik kampus tempat seminar diadakan. Guess what? yak acara masih belum mulai sampai jam segitu. Yah wajarlah ya, maklum jam Indonesia. Molor-molor dikit. Terus saya dateng ke meja registrasi. BAYANGAN SAYA: dapet Seminar kit (walaupun seminar gratis tapi kan stasiun tv gede yang buat wajarlah punya bayangan dapet seminar kit, soalnya saya dateng ke seminar serupa yang diadain stasiun tv swasta lain dapet kayak gituan), snack atau makanan ringan yang biasa ada di seminar-seminar, ruang seminar yang cukup besar, dan makan sianglah (balik pengalaman sebelumnya saya selalu dapet makan siang kalau yang ngadain stasiun tv swasta gede). KENYATAANNYA: saya masuk ruang seminar cuman dikasih air putih gelas, merek apa saudara-saudara? Merek Club! Kata temen saya yang ambil jurusan komunikasi strategis sasaran pasarnya Club itu kalangan menengah ke bawah, dan biasanya yang pake merek itu adalah acara-acara mahasiswa yang dananya pas-pasan. Syok jujur, bukan cuman saya lo yang syok, semua temen saya punya pikiran dan ekspektasi yang sama juga. Lanjut, habis itu kita masuk ke ruang seminar yang ternyata sempit, sekitar cuman ada 7 apa 8 baris dan 6 atau 7 kolomlah, saya lupa dan itu belum penuh. Nggak ada seminar kit, ketebaklah ya orang tadi juga cuman dapet air putih club yang bahkan nggak keminum sama saya. Akhirnya saya cari tempat dan duduk nunggu seminar di mulai.
Seminar mulai sekitar jam 10an. MC kurang sinkron, tp bukan masalah besar buat saya walaupun mungkin mbak MC butuh belajar bahasa inggris sedikitlah ya biar bisa nggaya dikit nggak pake salah. Terus pengisi acara masuk dan ngasih materi. Bahkan nggak ada slide teman-teman sekalian, terlihat kurang persiapan. Ya udah saya masih berusaha berpositif thinking, nggak penting ada slide apa nggak yang penting ilmunya lah. Acara ternyata kosong bener-bener kosong. Tema seminarnya belajar jurnalisme warga, tapi saya tetep nggak dapet ilmu gimana cara mendapatkan berita yang bagus sebagai seorang jurnalisme warga. Mau nyatet-nyatet gimana caranya kertaspun tak diberi, tapi kalaupun ada kertas bakalan useless juga sih orang nggak ada ilmu yang saya dapet juga.
Sumpah isi seminar itu basic banget dan cuman yang ada di luar, bahkan menurut saya mahasiswa nonkomunikasipun tahu info-info tersebut. Seminar absurd masih terus berjalan sampai sekitar jam 13.00 mereka mau live report dari Jogja ke Jakarta. Nah, jujur hal ini menghancurkan martabat saya --". Kita semua, mahasiswa-mahasiswa yang berpendidikan ukurannya, disuruh nggaya ala alay-alay dahsyat! Walaupun nggak cuci cuci jemur jemur kita disuruh tepuk tangan sekeras-kerasnya sambil goyang pas ada musik yang main. Saya liat ekspresi temen-temen saya. Jelas sama seperti apa yang saya pikirkan nggak terima, tapi kita bisa apa? Ya udah pasrahlah kita. Suruh teriak-teriaklah sama produser edan itu, sumpah aneh banget. Kenapa saya bilang aneh? Soalnya seminar dari stasiun tv lain yang pernah saya ikutin sebelumnya nggak nyuruh kita jadi alay tepok-tepok sambil teriak kok pas ada live report. Aduh mbohlah kalau kata temen-temen saya. Tapi yang bikin saya nek lagi orang-orang yang disuruh pak produser semangat-semangat aja suruh tepok tangan sambil teriak, halah kok ya buang energi banget. Si pak produser bilang gini "Maaf ya kalau kita suruh kalian ini-itu, itu untuk kepentingan tayangan saja." kepentingan tayangan sih iya, tapi apa bedanya kita sama penonton dahsyat? Ada sih sebenarnya, kalau penonton dahsyat dibayar 50 ribu sampek 100 rb, kita dibayar air putih gelas, itu doang menurut saya.
Oh iya, tiap seminar pasti adalah sesi tanya jawab. Terus ada salah satu mahasiswa Hubungan Internasional katanya tanya pertanyaan yang nggak perlu ditanyakan, dan jujur malu-malui orang pengisi acaranya aja sampek kaget sama pertanyaan dia. Tebak apa pertannyaannya? "Pak manfaat wartawan itu apa?" nggak perlu kuliah di komunikasi juga sih buat jawab pertanyaan semacam itu. Terus si bapak balik nanyak "Guna kamu kuliah apa?" maksudnya pertanyaan yang diajuin mas HI itu sebenarnya nggak perlu dijawab. Lagian pak produser ini udah kasih pengantar juga sebelumnya tentang apa itu wartawan, kehidupan wartawan, dan hal-hal basic lainnya. Mbok ya kalau ngebet nanyak yang mutu dikit mas --".
Pokoknya setelah hal-hal aneh terus berlangsung sampai akhir acara. Pas acara selesai, kita disuruh makan siang sendiri-sendiri terus balik lagi. Makan siang juga nggak dikasih, pas seminar SCTV, Indosiar, MNC TV seenggaknya kita dapet makan siang pak produser, masak ini nggak. Kalah sama stasiun tv lain dong kalau gitu. Ini menyebalkan! Jam 2 acara selesai dan nanti jam stengah 3 kita disuruh balik lagi buat terjun bikin berita. Nyampah banget si bapak bilang dengan nada sinis "Tepat waktu ya jam setengah 3 balik lagi kesini, karena saya sibuk ngurus bla..bla..bla.." temen saya bahkan ada yang ngamuk-ngamuk bilang kalau nggak sopan dan lain-lain, memang iya sih yang kerja di tv njuk terus nggaya. Aduh! tobat tobat!!
Kita semua yang udah jengkel akhirnya memutuskan buat nggak ikut sesi tersebut dan langsung pergi makan. Sebelum makan, kita nanya ke panitia soal sertifikat yang dijanjikan. Sama menyebalkannya dengan pengisi acara, kita tanya malah dilempar sana-sini, bilang nggak tahu menahu soal sertifikat. Akhirnya kita mencoba bersabar dan dijawablah oleh salah satu panitia. Dia bilang kalau sertifikat yang buat bukan pihak media terkait, tapi mereka yang buat. Temen-temen tambah emosi dan ngerasa diremehin, kita juga tahu lah kalau yang namanya sertifikat itu panitia yang buat bukan pengisi acara. Si panitia ini menjawab juga dengan nada yang seolah-olah mengatakan "Kalian tu udah dapet ilmu nggak ikut proses lapangan masih aja nanyakin sertifikat" ngaca mbak urusan saya lebih mutu kali pas diajak kerjasama sama SCTV dulu. Terus mereka nambahin dan nyuruh kita balik lagi jam 3 karena sertifikat sudah jadi jam segitu. Alhamdulillah lah ya saya tetep dapat sertifikat yang guna juga besok-besok dalam hati saya. 
Akhirnya kita pergi makan dan balik lagi sekitar jam 3 lebih seperempat, dan mereka mengingkari janji teman. sertifikat belum jadi dengan alasan bapak yang bertanda tangan masih di dalam bla..bla..bla.. Kita suruh balik lagi besok! Kalau emang sertifikat buat besok ya bilang aja nggak usah php juga sih ya mbak e.. Akhirnya dengan hati membara kita pulang tanpa ilmu tanpa sertifikat, masalah sertifikat gimana besok juga belum jelas. Panitia masih nyari orang yang bisa stay jaga sertifikat buat diambil besok. 
Saya sih nggak nyalahin panitia yang cuman nyediain air putih, karena dana kan memang harusnya dari pihak stasiun tv dan panitia tinggal ngelola. Bayangkan betapa pelitnya si stasiun tv ini. Ngasih snack aja nggak mampu. Kalau salah satu temann saya nyeletuk gini "Duite meh dinggo nyapres sesuk, dadi seminare mek ngene." ("duitnya mau dipake buat nyalon presiden besok, jadi seminarnya cuman gini.") mungkin benar kata temen saya yang satu ini ya. 
Ya ini cuman sedikit curhat saya tentang seminar ternyampah yang saya ikutin. bukan mau njelek-njelekin saya cuman bicara fakta dan pengalaman saya saja. Ya intinya biarkan sang elang tetap terbang dilangitlah ya. Tetap jadi stasiun tv berita, pertama lagi ya :) semoga besok kalau buat seminar lebih bermutu lagi. No offends lah ya, cuman kecewa :p hahahahaha. 
*doa saya cuman biar si sertifikat beneran keluar, itu aja biar ikut ini nggak useless-useless banget*

Wednesday, September 4, 2013

Miracle in Cell No. 7 / 7번방의 선물 (2013) Review

Untuk film yang bakal saya bahas kali ini genrenya adalah drama keluarga. Film ini sendiri dirilis pada 23 Januari 2013 lalu. Sebenarnya yang membuat saya penasaran dengan film ini adalah banyak situs-situs yang bilang kalau film ini merupakan salah satu film terbaik Korea Selatan yang rilis tahun ini. 
Bersetting pada tahun 1997, film ini menceritakan kisah seorang bapak keterbelakangan mental bernama Lee Young Gu (Ryu Seung Ryong) yang memiliki seorang anak bernama Ye Seung (Kal So won). Ye Seung ini menginginkan sebuah tas Sailor Moon berwarna kuning yang dipajang di sebuah toko. Si bapak berjanji akan membelikan tas tersebut untuk Ye Seung apabila dia menerima gajinya kelak. Namun sebelum Lee Young Gu menerima gajinya, tas tersebut sudah di beli oleh seorang komisaris polisi. Lee Young Gu yang melihatnya pun lari ke dalam toko dan berusaha merebut tas tersebut, yang akhirnya membuat Young Gu dipukuli oleh sang komisaris polisi.
Suatu hari ketika Lee Young Gu sedang bekerja di sebuah super market, anak komisaris tersebut mendatangi Lee Young Gu dan berusaha memberi tahu kepadanya sebuah toko yang menjual tas yang sama dengan miliknya. Ketika mengikuti anak tersebut sebuah kecelakaan terjadi dan membuat anak tersebut kehilangan nyawanya. Lee Young Gu yang pada saat itu berada di lokasi kejadian dituduh telah membunuh dan memperkosa anak tersebut dan ia pun dimasukkan ke penjara. 
Di penjara tersebut Young Gu bertemu dengan narapidana lain yang akhirnya membantu Young Gu untuk dapat bertemu dengan anaknya Ye Seung, dengan melakukan berbagai cara. Selain itu film ini menggabungkn beberapa alur, selain menceritakan kehidupan Young Gu. Film ini juga menampilkan Ye Seung dewasa (Park Shin Hye) yang menjadi seorang pengacara untuk membantu menyelesaikan kasus pembunuhan yang menarik bapaknya ini.
Para narapidana yang berada satu ruangan dengan Young Gu yakin bahwa ia tidak mungkin melakukan hal tertuduh berusaha membantu Young Gu agar terbebas dari hukuman yang akan diberikan kepadanya. Young Gu yang tidak menyadari akan kondisinya tersebut dan hanya memikirkan bagaimana keadaan Ye Seung. 
Nah, itu sekilas cerita dari film ini. Film ini sendiri akan membuat penontonnya tersenyum di satu waktu dan menangis di waktu yang lain. Ceritanya tidak selalu mengharukan tapi juga menyediakan saat untuk tersenyum bagi para penontonnya. Chemistry yang dibangun oleh sosok Young Gu dan Ye Seung sebagai tokoh utama sangatlah apik, sehingga hal inilah menjadi faktor pendukung untuk mempermainkan perasaan penontonnya.
Jujur ketika nonton film ini dibagian awal saja saya sudah mulai terbawa emosi dan sedih melihat kedua sosok tersebut. Tapi tenang film ini bukan film drama yang terlalu dilebih-lebihkan. Porsi mengharukan, membahagiakan, dan jug menyedihkan di berikan dengan sangat pas oleh Lee Hwan Kyung selaku director dari film ini. 
Film ini juga menutup rapat akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam film. Akan ada twist di film ini. Bisa dibilang film ini berakhir dengan happy ending namun disisi lain bisa dikatakan film ini mempunyai akhir yang cukup menyedihkan. Tergantung dari sudut pandang mana film ini dilihat.
Jadi buat para pecinta drama bisa coba untuk menonton film ini, dan merasakan bagaimana film ini mempermainkan perasaan penontonnya. Tapi kalau menurut saya sendiri karena banyak tokoh yang terlibat sebagai teman dari Young Gu yang merupakan sesama narapidana, keberadaan mereka semua tidak terjabarkan satu persatu. Hanya beberapa okoh saja yang mampu digambarkan bagaimana mereka. Tapi film ini masih worth to watch lah.

Ini trailer dari film Miracle in Cell No. 7. Silahkan di cek http://www.youtube.com/watch?v=RXHheT5clgE