Friday, January 18, 2013

Jumat, 18 Januari 2013 Pukul 23.05


Hari ini tepatnya tadi siang pukul setengah dua saya duduk di ujung ruangan, dekat pintu keluar. Bersandar di sebuah meja atau lemari? Entahlah, pokoknya barang itu sudah tak terpakai. Sebenarnya ini kebiasaan saya. Saya suka berada di ujung ruangan, bukan karena mau menyendiri. Saya merasa bisa melihat seluruh bagian ruangan apabila ada di bagian ujung.
Ada rapat salah satu organisasi pers di kampus yang saya ikuti, katanya sih harus padahal realitanya banyak teman saya yang tidak datang. Sial. Padahal badan saya hari ini sudah tidak produktif. Setelah satu minggu penuh mengurangi jam tidur untuk tugas take home UAS. Saya rapat disalah satu asrama perempuan tempat teman saya tinggal. Dia dari Bontang.
Seperti yang saya katakan tadi. Saya terlalu lelah, ngantuk terutama untuk dapat mengikuti rapat ini dengan baik, jadi sebenarnya sampai detik saya menuliskan cerita ini saya juga masih tidak paham apa hasil rapat tadi. Bukan saya tidak mau mendengarkan, ketua divisi saya saja tidak ada, atau malah saya yang tidak tahu siapa ketua divisi saya? Ah, bukan salah saya, saya baru bergabung akhir tahun 2012 bulan Oktober mungkin? yang jelas status saya masih magang disana.
Ketua dari organisasi ini juga lepas tangan. Dia meninggalkan anak buahnya yang tidak tahu harus bagaimana, dia ketua lama. Mentang-mentang sudah ada ketua baru dia tidak datang, padahal belum ada serah terima jabatan. Katanya dia sudah hampir datang, tapi hujan deras. Apa salah hujan, pakai ikut dijadikan alasan, itu memang sudah kodrat. Kalau tidak hujan juga susahkan kita, jadi jangan disalahkan seharusnya. Jadi saya tidak datang. Cemen! Sama hujan saja takut? Tidak malu mengetahui saya yang baru bergabung beberapa bulan bahkan hampir ikut sebagian besar rapat dan saya tidak pernah melihat kehadirannya? Dulu alasan magang, sekarang alasan hujan. Ah, apa itu?
 Saya daftar sebagai seorang ilustrator, dan diterima. Syukurlah, walaupun keadaan organisasi ini sedang morat-marit tidak tentu arah . Belum hilang sih, tapi memang sudah beberapa kali gagal terbit cuman gara-gara masalah lay-out atau apa saya juga tidak paham. Belum jadi anggota waktu itu. Saya sudah diberitahu teman saya sebelumnya sih, tapi saya tidak tahu masalahnya sebesar ini. Apes.
Dari pojok ruang saya menggunakan headset, karena memang saya kurang niat ikut hari itu. Mendengarkan lagu-lagu indie kesukaan saya. No reply, Daybreak, Urban Zakapa, Nell, dan Clazziquai jadi playlist saya hari ini.  
Mungkin terlihat mengerikan ya apa yang saya lakukan saat rapat tadi. Mengobservasi teman-teman anggota organisasi yang hadir. Bermacam-macam kegiatan mereka lakukan. Ada yang mengikuti jalannya rapat dengan serius, aktif dalam forum, memberi masukan-masukan. Ada yang sekedar mendengarkan sambil nyemil. Ada yang mengantuk, bahkan ada yang memotong kuku, padahal duduk di depan. Yang jelas hanya saya yang menulis apa yang mereka lakukan sambil mendengarkan lagu. Tadi bahkan ada dua orang anggota yang duduk di depan saya mulai berdebat. Masalahnya? Keterangan sepihak.
Oh ya, saya duduk di samping sahabat saya, kami satu jurusan. Sekarang dia jadi sekertaris, dia lebih dulu bergabung dengan organisasi ini, tinggal tunggu dilantik. Dia sibuk nulis, padahal dia juga capek, sama seperti saya. Bahkan ia lebih parah, tugasnya masih ada yang harus disempurnakan. Padahal hari ini terakhir ujian. Sahabat saya yang lain duduk di depan. Dia benar-benar serius ikut rapat, niat. Berbeda dengan saya.
Saya lepas headset saya. Mencoba mengikuti jalannya rapat ini. sekarang mereka sedang membahas masalah screening film di forum pers ini. Katanya untuk meningkatkan kedekatan antar anggota dalam organisasi. Oke. Saya ikut saja, toh saya masih magang. Suara saya juga kurang berpengaruh dalam organisasi.
Pembahasan proker ini terlalu melelahkan. Saya juga menunggu terlalu lama sebelumnya. Rapatnya mundur. Menunggu anggota yang belum datang tadi. Biasa Indonesia, telat dijadikan kebiasaan. membiasakan yang salah. Ampun, tidak paham saya sama sifat mereka. Terserahlah. Masalah mereka dibawa-bawa segala, dibagi keanggota lain.
Entah saya yang bodoh dan terlalu lelah, atau rapat ini memang terlalu bertele-tele. Selam 30 menit mendengarkan tidak ada satupun yang saya dapatkan. Nihil. Yang saya ingat cuman lelucon teman saya tentang sesuatu yang biasa saja sebenarnya namun dianggap ambigu oleh anggota lain. Penetrasi. Dasar anak muda, kalau masalah seperti ini pada merespon semua.
Rapat berlanjur. Pembahasan mengenai anggaran, uang. Dan lagi-lagi saya tidak paham apa-apa. Sungguh. Saya benar-benar tidak ada gunanya disini, terlalu membuang waktu. Kenapa tadi saya memaksakan diri untuk datang.
Masalah anggaran ini makin membuat kepala saya pening. Selain terlalu banyak angka yang dimainkan, hal ini membuat saya banyak memikirkan soal pengeluaran yang harus saya habiskan beberapa hari ke depan. Masalah keuangan ini jadi terlalu sensitif untuk saya saat ini. ketika pembicaraan mengenai anggaran sudah hampir selesai, teman saya malah bertanya lagi. Sial sial sial, seribu sial! Sudahi saja pembicaraan ini kawan. Bosan. Terlalu lama. Kadang saya bertanya kepada tuhan, mengapa teman saya yang satu ini harus terlahir menjadi manusia yang sangat kritis.
50 menit berlalu bahasan uang masih berlanjut.
Akhirnya! Pembicaraan ini telah selesai. Syukurlah tuhan. Pembahasan dari divisi lain kembali berlanjut, tapi saya sudah malas mendengarkannya. Akhirnya saya pakai headset saya lagi dan kembali mendengarkan lagu. Kali ini saya memutuskan untuk menyudahi observasi saya tentang rapat ini. saya sudah pegal. Saya sandarkan kepala saya di tembok. Sudah sampai sini saja. Saya mau memikirkan diri saya sendiri saja. Merenungi nasib, mengapa dengan kondisi tubuh yang lelah  seperti ini saya harus terjebak dengan rapat ini.